Rabu, 25 Maret 2009

Awas HP anda bisa disambar Petir...!

....... Pengguna handphone diminta hati-hati menggunakan HP saat musim datang yang disertai petir. Gelombang microwafe pada HP dapat memicu tekanan kejut yang yang ditimbulkan petir.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMG Batam, Sunarto menyebutkan, adanya kasus warga yang tersambar petir, Senin (3/23/2009) diduga korban menggunakan HP yang menimbulkan efek gelombang microwave tersebut.

"HP dan radio HT jalur sistem komunikasinya menggunakan jalur frekuensi microwave. Berpotensi terkena petir. Warga diminta berhati-hati menggunakan HPm saat musim hujan," kata Sunarto, kemarin.

Selain HP, potensi terkena petir juga bisa terjadi pada saat menggunakan telepon rumah dan ledeng air mandi. Efek kejut saat petir menghantam ground listrik, bisa menimbulkan seseorang dapat terserang petir. "Kalau hujan disertai petir, hati-hati juga pakai telepon rumah dan air ledeng," ujarnya.

Pengamatan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Batam, sejak awal bulan Maret ini, intensitas curah hujan masih tergolong normal yaitu mencapai 30 mm/jam. Diperkirakan curah hujan terus meningkat namun tak sampai melebihi batas normal, yaitu 70 mm/jam. "Curah hujan bulan ini memang naik dibanding Januari dan Februari 30 mm/jam. Tapi masih normal," katanya.

HP dan Petir

Desain antena HP bervariasi. Diantaranya, ada yang tidak terlihat bagian antenanya (antenanya tetap ada, hanya kecil ukurannya). Tapi tidak berarti HP tersebut lebih aman karena prinsip dasar pesawat telekomunikasiwireless tetap memakai antena untuk menerima dan mengeluarkan sinyal.

HP merupakan pesawat telekomunikasi yang ketika aktif, pada antena kecilnya (berbahan dasar konduktor) berusaha mencari atau menangkap sinyal-sinyal kemunikasi berupa gelombang medan elektromagnetik. Pada proses ini, di dalam antena itu elektron-elektron bergerak menghasilkan gelombang medan listrik-magnet. Masih ditambah lagi adanya medan listrik pada HP akibat "kebocoran" medan listrik statis dari baterai HP. Dengan demikian, di dalam HP terdapat cukup banyak muatan yang dapat menghasilkan medan listrik.

Peristiwa ini serupa dengan apa yang terjadi pada cara kerja penangkal petir beradiokatif. Jadi, medan listrik yang terdapat disekitar HP dapat mempengaruhi gerak ion dan molekul udara. Pada akhirnya keadaan ini berpeluang besar untuk dilalui aliran listrik atau tersambar petir!

"  Ternyata yang doyan HP bukan hanya maling tetapi petir juga doyan....!!"

The Sick Building Syndrome

Seringkah Anda sakit kepala sepulang kerja? Sakit kepala rutin ini patut diwaspadai karena berkaitan dengan polusi udara dari asap kendaraan bermotor. Dampaknya minimal ada tiga. Kesatu, mengganggu kesehatan khususnya anak-anak, lansia, dan wanita hamil. Kedua, merusak pertanian, bangunan, kendaraan akibat hujan asam (acid rain
atau acid deposition). Ketiga, rugi finansial untuk berobat, produktivitas berkurang karena sakit, perbaikan gedung dan kendaraan, karena karat, dan kerusakan pertanian-perkebunan. 

Semua pencemar udara tersebut bisa menyebar di luar dan di dalam rumah atau gedung yang sumbernya bukan hanya akibat perbuatan manusia (antropogenik) tapi juga ada yang alamiah (natural). Namun sayang, kita banyak terpaku pada pencemaran udara di luar gedung (outdoor air pollution) saja. Padahal jenis dan konsentrasi pencemar udara di dalam
gedung (indoor air pollution) bisa lebih besar sehingga kekerapan insidensinya pun lebih besar. The sick building syndrome, istilah untuk sakit akibat terlalu lama berada di dalam gedung yang salah satunya terkait dengan kualitas udara adalah satu di antara dampaknya.....nah lho?? 
Kualitas udara memburuk
Ada delapan jenis polutan (pencemar) udara di dalam rumah yang berbahaya. Lima jenis di antaranya punya efek akut yakni CO, formaldehid, uap organik, partikulat dan mikroba dan tiga jenis lainnya berefek kronis yaitu asbes, radon dan CO2. Namun demikian, bukan berarti polutan selain kelompok delapan itu tidak penting karena tetap saja ada dampak buruknya. 
Kalau dipilah, ada lima penyebab mengapa kualitas udara di dalam gedung bisa memburuk. Yang pertama, karena secara alamiah ada gas berbahaya yang muncul di dalam rumah atau gedung. Radon misalnya, gas ini tergolong radioaktif. Ia bisa muncul dari bebatuan atau tanah yang masuk lewat retakan atau celah-celah di bawah rumah atau pondasi.
Apalagi kalau di daerah itu sering terjadi gempa bumi. Dan kanker paru adalah dampaknya terutama setelah peluruhan radioaktif.  
Yang kedua, karena ada zat kimia yang mudah menguap (uap organik) atau biasa dikenal dengan VOC (volatile organic compounds). Biasanya senyawa ini berujud hidrokarbon, mengandung karbon, oksigen, hidrogen, klor atau unsur-unsur lainnya. Sumbernya adalah pada proses furnishing ruang, emisi dari bahan kimia di dalam mebel, karpet, lem, cat,
pelarut (solvent), tripleks (plywood) atau partickleboard lainnya, pembersih lantai, penyegar udara dan dekomposisi material bangunan. 
Yang ketiga, kegiatan memasak di dapur. Kalau menggunakan kayu api, selain CO2 juga banyak dihasilkan partikulat yang beterbangan ke semua ruang sehingga jelaga menghitam di dinding dan plafon. Begitu pula minyak tanah, briket batubara, lilin dan gas elpiji. Secara normal, rentang konsentrasi CO2 di udara ambien adalah 0,03% - 0,04% by volume. Tapi konsentrasinya bisa menjadi dua kalinya di kota atau di daerah industri. Di negara-negara Eropa, konsentrasi maksimum yang diizinkan di ruangan adalah 0,1% by volume yang disebut angka Pettenkofer. Sedangkan di AS, batas atasnya sampai dengan 0,25%. Selain CO2, bahan bakar itu pun menghasilkan CO (karbon monoksida), gas berbahaya, terutama ketika warna api kekuningan atau merah muda, bukannya biru. 
Yang keempat, karena rumah atau gedung yang dibangun terlalu berorientasi hemat energi sehingga meniadakan ventilasi untuk sirkulasi udara. Padanya, udara luar tidak bisa masuk sebaliknya yang di dalam pun tak bisa ke luar. Jendela-jendela pun ditutup atau bahkan di-seal, tembok dan plafon dipasangi isolasi dan bangunan dibuat kedap udara. Karena itu, mikroba (bakteri, jamur) yang sempat berbiak akan kian leluasa menyerang penghuninya.
Yang kelima, karena terlalu lama berada di dalam rumah yang terpolusi dan jumlah penghuni atau populasinya juga tinggi. Populasi adalah variabel pada kualitas udara di dalam ruang selain kecepatan aliran udaranya. Makin lama berada di dalam ruangan berpencemar, makin banyak pula kita terpapar polutan tersebut. Atau bisa juga karena polutan dari udara luar masuk ke rumah secara alamiah lewat ventilasi.Misalnya dari jalan yang lalu lintasnya padat, pabrik atau home
industry di sekitarnya. 
Opsi solusi
Sejumlah penyebab penurunan kualitas udara di dalam ruang seperti di atas, ada yang mudah ditanggulangi tapi ada juga yang relatif sulit. Beberapa di antaranya bisa dikendalikan di sumbernya atau dengan mengubah kondisi ruang karena ikut berpengaruh pada penyebaran polutan seperti bentuk, dimensi dan konfigurasinya. Yang paling mudah dan kalau mungkin, hindari penggunaan material yang potensial sebagai sumber pencemar udara. Asbes, mineral magnesium silikat yang telah diproses jadi berbentuk serat misalnya, meski tidak bisa terbakar tapi sebaiknya dihindari penggunaannya untuk atap rumah. Juga gunakan dan simpanlah produk berbahaya yang mudah menguap sesuai dengan petunjuk pada kemasannya. Tapi kalau bisa, gantilah dengan produk yang tidak berbahaya. Termasuk, jangan merokok di dalam ruang atau hentikan sama sekali dan jangan membeli mebel dari tripleks atau particleboard lainnya. Kalau dapat, ceklah apakah ada gas radon di dalam rumah dengan menggunakan test kit. Kalau ada, apalagi tinggi kadarnya maka mau tak mau mesti pindah atau pondasi rumah diperbaiki dan pasanglah pelindung (seal). Selain itu, jika memungkinkan, pisahkanlah ruang dapur dengan ruang lainnya. Sediakan ventilasi yang baik dan memenuhi syarat di dapur, kamar tidur atau pun di ruang tamu. Makin banyak ventilasi tentu makin bagus untuk mengencerkan polutan di dalam ruang. Selain itu ventilasi juga berfungsi untuk pencegahan kebakaran atau ledakan, kenyamanan, penerangan siang hari dan untuk memandang ke luar. 
Juga sangat dianjurkan memasang kisi-kisi atau exhausted fan atau cerobong asap utamanya di dapur atau gudang atau pada rumah yang tertutup karena berdempetan seperti di kompleks-kompleks perumahan. Kecuali kalau kondisinya sudah ventilable, karena banyak ruang kosong dan udara dapat mengalir dengan bebas.
Yang terakhir, bukalah semua jendela dan pintu setiap pagi selama mungkin, buatlah petak-petak hijau (green area) dengan menanam pepohonan atau perdu di sekitar rumah. Bisa juga dengan pot-pot bunga agar kesegaran bertambah dari oksigen hasil fotosintesisnya.

Apa itu Risk Assessment..?

Risk Assessment adalah metoda yang sistematis untuk menentukan apakah suatu kegiatan mempunyai resiko yang dapat diterima atau tidak ?. Langkah awal dari risk assesment adalah identifikasi dari bahaya atau hazard dan effect dari hazard tersebut dan siapa/apa yang akan terkena dampaknya. Langkah berikutnya adalah menentukan besarnya frequensy atau probability dari kejadian, karena risk adalah kombinasi dari consequency dan probability.
Dari risk awal yang teridentifikasi tentunya akan di bandingkan dengan acceptance kriteria yang diinginkan, jika risk sudah di bawah tolerable kriteria maka kegiatan dapat di lakukan namun jika masih di atas acceptance kriteria maka perlu di lakukan pencegahan / pengurangan resiko sehingga resiko akhir dari kegiatan dapat di terima. Banyak metode untuk melalukan risk assesment bisa qualitatif, semi quantitatif ataupun yang kompleks dengan metode quantitatif. Mengenai penerapannya di oil&gas tentunya perlu dilihat case by case, karena metoda2 tertentu akan sangat cocok di terapkan namun bisa sangat sulit dan memerlukan effort yang besar namun kurang begitu effective.  Contohnya untuk aplikasi pelaksanaan pekerjaan fisik biasanya di kenal dengan nama JSA/Analisa Keselamatan Kerja, Aplikasi Safety engineering lebih banyak lagi, ada yang menggunakan LOPA (layer of proteksion analysis), ataupun fully quantitatif seperti QRA, HAZID/HAZOP etc , etc , etc, etc. Untuk Training juga perlu di lihat arah mana aplikasi Risk Asessment ini akan di gunakan sehingga trainingnya tidak sia-sia.

Yang paling penting dari risk assesment adalah perlunya guidance mengenai residual risk yang bisa di terima. Tiap2 company atau organisasi tentunya akan berbeda2 tingkat acceptance levelnya…….Inilah keindahan dari risk assesment walaupun kriterianya ada dan sama, hasil bisa berbeda apabila di lakukan oleh team yang berbeda, sehingga risk assesment yang baik perlu di lakukan oleh team yang terlatih dan cukup berpengalaman sehingga risk asesment biasa dilakukan dengan multi discipline team dan di pimpin oleh seorang yang cukup senior.

"  bagaimana kita konsisten untuk menerapkan dan mengimplementasikan finding dan rekomendasi sehingga memang benar2 bahwa setiap hazard yang ada sudah di reduksi/prevent atau di eliminate sehingga kegiatan yang dilakukan sudah cukup aman."

Save Lifting

Lifting incorrectly can result in a variety of injuries. Back strain is a very common one. It results from over-stretching certain muscles, but it can be avoided by practicing safe lifting techniques. A hernia is another injury associated with lifting. A hernia does not generally result from a single lifting effort. It is usually the result of continued extreme exertion, especially done contrary to the structure of body. 

These are some safe lifting technique in common:

"Size up the load". That is, look it over. Decide if you can handle it alone or if you need help. 

"Size up the area". Look over the area where you are carrying the object to, and make sure it is clear of obstacles before beginning to carry the object. 

This attachment should be firm and sure. Get a
good grip.

Keep the load close to your body, to your normal center of gravity between the legs, between the shoulders.

Good foot position allows you to keep your balance and bring into play the full power of your leg muscles. Leg muscles are more powerful and more durable than back muscles. Let your leg muscles do the work. Again, footwork is important once you avoid twisting your upper body. Use your feet to change direction. Don't twist your body. Twisting compounds the stress of the lift and affects your balance. 

Teamwork becomes important. Don't let the load drop suddenly without warning your partner.

Principles of Excellence

Principle 1: Unsafe behaviors do not cause accidents.
Accidents are caused by the reasons for unsafe behavior. These are organizational issues; all behavior is organizationally caused. To achieve excellence, seek the good reasons for poor performance. Too many accident investigations end with placing the blame on an employee's unsafe behavior or failure to identify hazards. The real root cause lies in the organization' s behavior. 

Principle 2: Accidents are not the problem; the problems are the problem.
Accidents are visible evidence of systemic deficiencies; if there are accidents, there are problems. Focus on the system particularly from an operational standpoint. The HSE function should not lead this charge. It is the responsibility of operational management.

Principle 3: Safety is not about preventing accidents.
Safety is all about improving the process-proactive changes to improve efficiency and effectiveness of systems that optimize performance and minimize loss. 

Principle 4: The process determines all business outcomes (including safety).
If you don't get safety right, none of your other business outcomes will be right. Other outcomes are productivity, quality, reliability, delivery, profitability and sustainability. All outcomes have a common source. Fail in safety and you fail everywhere else.

Principle 5: Accidents are the responsibility of managers, not the fault of employees.
Employees work in the system; managers work on the system; the system causes accidents; employees sustain injury. Firing employees for problems that exist in the system is dead wrong. As a manager, you must look in the mirror and accept your blame. Top management must feel pain and dissatisfaction with past performance and must have the courage to change. They must break out of line, even to the point of exile amongst their peers. There must be a burning desire to transform their style of management and consequently, the culture of the organization.

Principle 6: Minimizing loss is management's Number One responsibility.
To increase the bottom line, managers must effectively manage the middle lines (Hey...I didn't say this; some guy named Peter Drucker did! The only things a manager can manage [plan, organize, direct, control, and monitor] are the middle lines-losses and costs, a/k/a accidents and injury). Many operations managers neglect safety because they feel as it is not their responsibility. Loss is loss regardless of how it is manifested. Losses due to injury are just as devastating as losses due to production miscues.

Principle 7: It's easier (more expensive, but easier) to neglect safety.
Most organizations follow the path of least resistance: "Given the opportunity to do nothing, most managers will." This is especially true when companies experience periods of positive performance. Excellent companies take the path less traveled regardless of circumstances, and it makes all the difference. When safety is ignored it leads to: high insurance costs, excessive losses, adversarial employee relations, litigation, and significant financial crisis. Can your organization really afford to neglect safety?

Principle 8: More training is not the answer.
If employee training was the answer, we wouldn't have the problem. Ninety-two percent of accidents studied were determined to be performance deficiencies, not knowledge deficits. Instead of requiring more training, you must show people how to apply the knowledge that they have. You must display leadership and behavior that employees can model. Wal-Mart has no formal training budget. Their employees learn through peer influence, behavior modeling, and a sound corporate culture. It is no wonder that Wal-Mart is the largest, most successful corporation in the world. In a survey by The Reliability group, employees at companies with the best safety performance indicated the following items as the reasons for their success: Positive labor/management relations, job satisfaction, cheerful/pleasant work environment, job challenge, recognition, rule clarity, equipment safety. Training was #37.

Principle 9: More rules, policies, and procedures WILL NOT make performance safer.
Ninety-percent of companies have documented safety policies and procedures. However, the delta between high and low-performing organizations is virtually nil. Instead of creating new policies and procedures, organizations must create new cultures where safety is the cornerstone. This new culture must be embraced by all employees and championed by leadership.

Principle 10: Progressive discipline does not increase the level of safe behavior.
Quite honestly, disciplinary programs do more harm than good. For every unpleasant management action, there will be an employee reaction. In order words, employees will get even through various methods of sabotage (production delays, equipment damage, feigned injuries, extended time on worker's comp). The real culprit driving workers compensation costs is the traditional management system, which promotes and "us vs. them" work environment. The currently reality is that employees receive 8 negative reinforcements for every positive one. In order to change the culture, employees must receive 4 positive reinforcements for every negative one.
When safety becomes a core value it is transparent, integrated into every aspect of the business, and an equal business factor (along with budget and production)

Hazop & Hazid

Sebagai salah satu elemen dalam Process Safety Management (baik itu PSM nya OSHA, dalam elemen Process Hazard Analysis; CCPS, dalam elemen Hazard Identification, maupun salah satu evidence dalam Safety Case), baik HAZOP maupun HAZID kudu dipelajari oleh seorang safety ingeniuer..
1. HAZOP dan HAZID adalah evidence-evidence yang dibutuhkan dalam Safety Case untuk menyusun klaim bahwa plant yang akan didirikan "AMAN". Dalam PSM, karena dia adalah salah satu elemen maka HAZOP dan HAZID adalah minimum requirement untuk pemenuhan standar PSM (akan dinilai dalam suatu audit Process Safety minimum 5 tahun sekali).
2. Hazard Identification digunakan untuk menyusun Hazard Register, suatu list bahaya-bahaya yang mungkin akan muncul/ada dengan didirikannya suatu unit proses misalnya. HAZID ini tidak terlalu rumit dan sifatnya memang lebih umum. Sementara HAZOP adalah salah satu metode Process Hazard Analysis yang terstruktur dan dilakukan oleh suatu tim berbasis P&ID, dan Process Safety Information